Geometri… hmmmmmm.. ketika mendengar kata ini pasti yang terbayang di pikiran kalian adalah bentuk, bangun, ruang, dan sebagainya.. tapi apa ada yang tau apa yang dimaksud dengan geometri analitik dan apa saja yang di pelajari dalam geometri analitik.. yukk mari kita baca bahasannya secara lengkap dibawah ini….
1. Pengertian geometri analitik
Geometri (Greek; geo=
bumi, metria= ukuran) adalah sebagian dari matematika yang mengambil
persoalan mengenai ukuran, bentuk, dan kedudukan serta sifat ruang. Geometri
adalah salah satu dari ilmu yang tertua. Adapun Geometri analitik adalah suatu
cabang ilmu matematika yang merupakan kombinasi antara aljabar dan geometri.
Dengan membuat korespondensi antara persamaan matematika secara aljabar dengan
tempat kedudukan secara geometric diperoleh suatu metoda pemecahan masalah geometri
yang lebih sistematik dan lebih tegas.
Perkembangan geometri analitik dimulai dengan
kehadiran bentuk baru persamaan (equation)
Bentuk baru persamaan tersebut memungkinkan untuk mengklasifikasikan kurva
berdasarkan derajat (degree). Kurva
berderajat satu adalah garis lurus (straight
lines), kurva berderajat dua merupakan irisan kerucut (conic sections), dan kurva berderajat tiga dinamakan kurva kubik (cubic curves).
2. Garis bilangan
2. Garis bilangan
Persekutuan
antara aljabar dan geometri adalah membuat pengaitan antara bilangan dalam
aljabar dengan titik dalam geometri. Misalkan kita perhatikan pengaitan
bilangan dengan titik pada sebuah garis yang tidak terbatas pada kedua arahnya.
Misalkan
kita perhatikan pengaitan bilangan dengan titik pada sebuah garis yang tidak
terbatas pada kedua arahnya. Pertama-tama, kita pilih pasangan titik O dan P
pada garis seperti terlihat pada gambar 1.1.
Titik O disebut pusat, yaitu dikaitkan dengan
bilangan nol, dan titik P yang terletak di sebelah kanan O dikaitkan dengan
bilangan satuan. Dengan menggunakan OP sebagai panjang satuan, kita kaitkan
bilangan-bilangan lain dengan semua titik pada garis dengan cara berikut; Titik
Q yang terletak satu sisi dengan P terhadap titik pusat O dikaitkan dengan
bilangan positif x jika dan hanya jika jarak dari titik pusat adalah x, yaitu
OQ = xOP . Titik R yang terletak berlawanan sisi dari titik pusat dikaitkan
dengan bilangan negatif – x jika dan hanya jika jarak dari titik pusat adalah
x.
Dengan cara ini setiap titik pada garis dikaitkan
dengan satu bilangan real, dan untuk setiap bilangan real berkorespondensi
dengan sebuah titik pada garis. Suatu garis yang titik-titiknya dikaitkan
dengan bilangan-bilangan real disebut garis bilangan. Skala yang dijelaskan
pada garis bilangan disebut koordinat garis. Bilangan yang menyatakan suatu
titik yang diberikan disebut koordinat titik tersebut, dan titik itu disebut grafik
dari bilangan.
3. System koordinat
3. System koordinat
Titik-titik pada sebuah garis (pada ruang dimensi
satu) dinyatakan dengan bilangan tunggal. Sedangkan titik-titik pada sebuah
bidang (ruang dimensi dua) dapat dinyatakan dengan pasangan suatu bilangan.
Lebih lanjut untuk titik-titik di ruang dimensi tiga dapat dinyatakan dengan
tripel suatu bilangan. Untuk merepresentasikan titik pada sebuah bidang dengan
pasangan bilangan, kita tentukan dua garis bilangan bersilangan OX dan OY, dan
tentukan skala pada masing-masing garis, seperti pada gambar 1.2. Titik potong
kedua garis itu digunakan sebagai titik pusat. Bilangan positif ditempatkan
pada sebelah kanan titik O garis mendatar OX dan sebelah atas titik O garis ke
vertikal OY. Sedangkan bilangan negatif ditempatkan pada sebelah kiri titik O
garis mendatar OX dan sebelah bawah titik O garis ke vertikal OY. Biasanya arah
positif ditandai dengan tanda panah pada garis bilangan. Garis OX disebut
sumbu-x dan garis OY disebut sumbu-y. Dua garis yang bersilangan itu disebut
sumbu koordinat.
Misalkan diberikan sebuah titik P pada bidang yang
diberi sumbu koordinat, maka terdapat korespondensi dengan titik Px pada sumbu
x. Ini adalah titik potong antara sumbu x dengan garis yang sejajar sumbu y
yang memuat titik P (jika P berada pada sumbu y maka garis ini berimpit dengan
sumbu y). Dengan cara yang sama terdapat titik Py pada sumbu y, yang merupakan
titik potong sumbu y dengan garis yang melalui titik P dan sejajar (atau sama)
dengan sumbu x. Koordinat kedua titik pada sumbu disebut koordinat titik P.
Jika a adalah koordinat Px pada sumbu-x dan b adalah koordinat Py pada sumbu-y
maka P direpresentasikan dengan (a, b) atau P(a, b). Dalam contoh ini, a
disebut koordinat x, atau absis dari P, dan b disebut koordinat y, atau ordinat
dari P. Pada saat sebuah titik tertentu diberikan, meskipun nilai numerik dari
komponen koordinatnya tidak diketahui, maka koordinat itu biasanya dinyatakan
dengan notasi x dan y yang berindeks atau dengan huruf-huruf awal dari alpabet.
Sebagai contoh P1(x1,y1) atau P(a, b).
Pada bidang koordinat, biasanya disepakati aturan
sebagai berikut:
(1) sumbu-sumbu koordinat diambil yang tegak lurus
satu sama lain;
(2) sumbu x adalah garis mendatar (horisontal)
dengan koordinat positif arah kanan dari titik pusat, dan sumbu y adalah garis
vertikal dengan koordinat positif ke arah atas dari titik pusat koordinat;
(3) digunakan skala yang sama pada kedua sumbu
koordinat. Kesepakatan ini tentu saja, tidak harus diikuti semuanya jika ada
pilihan yang lebih menguntungkan.
Kita harus sering meninjau kesepakatan ketiga
yaitu apabila akan menentukan gambar akan sangat sulit membuat sketsa grafik
jika kita tetap menggunakan skala yang sama pada kedua sumbu. Pada kasus
seperti ini, kita harus merasa bebas menggunakan skala yang berbeda, mengingat
penyimpangan gambar yang terjadi dalam proses. Kecuali tetap memegang
kesepakatan atau dinyatakan dalam keadaan tertentu, atau jelas dinyatakan dalam
konteks, biasanya kita selalu mengikuti dua kesepakatan pertama. Sumbu-sumbu
koordinat memisahkan bidang ke dalam empat daerah, yang disebut kuadran.
Biasanya kuadran diidentifikasi dengan angka romawi sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar 1.3. Titik-titik pada sumbu-sumbu koordinat tidak masuk pada
sembarang kuadran. Urutan tanda dari absis dan ordinat (x, y) ditunjukkan dalam
gambar 1.3.
Dalam sistem
koordinat tegaklurus setiap pasangan berurutan dari bilangan real dinyatakan
dengan satu dan hanya satu titik pada bidang koordinat, dan setiap titik pada
bidang koordinat berkorespondensi satu dan hanya satu pasangan berurutan dari
bilangan real. Koordinat titik-titik yang ditentukan dengan cara ini,
seringkali dikenal sebagai koordinat Cartesius, sebagai penghormatan terhadap
matematikawan dan filosof asal Perancis yang bernama René Descartes yang hidup
dari 1596 sampai 1650. Satu hal yang perlu dicatat adalah dua garis sumbu
koordinat tidak perlu harus berpotongan secara tegak lurus. Namun demikian jika
kedua sumbu berpotongan miring, hasil-hasil secara aljabar menjadi lebih rumit.
4. Plotting
4. Plotting
Proses lokalisasi dan pemberian
tanda sebuah titik yang koordinatnya diberikan disebut plotting titik. Untuk
melakukan plotting telah banyak disediakan kertas grafik yang berupa kertas
berpetak persegi kecil-kecil. Gambar 1.4. menyatakan plotting beberapa titik
pada bidang. Sekarang kita dapat mengidentifikasi koordinat dari titik-titik
dalam gambar 1.4. Perhatikan bahwa semua titik pada sumbu x mempunyai ordinat
nol, dan juga titik-titik pada sumbu y mempunyai absis nol sebab keduanya
berada pada sumbu koordinat.
5. Jarak antara dua titik
Telah
kita kaitkan titik-titik dengan koordinat. Sekarang akan kita pergunakan untuk
menyelesaikan masalah geometri. Kita mulai dengan konsep jarak antara dua
titik. Konsep titik diperkenalkan dalam
geometri Euclid sebagai elemen yang tidak didefinisikan dan tidak memiliki
dimensi panjang. Euclid mendefinisikan titik dalam buku I - Element yaitu “a point is that which
has no part”. Geometri Euclid hanya membahas sifat titik yang diam/tetap,
sedangkan geometri analitik juga menelaah sifat-sifat titik yang bergerak
seperti yang terjadi di alam.
Misalnya sebuah bola yang menggelinding
pada permukaan bidang miring dapat dinyatakan sebagai sebuah titik yang
bergerak sehingga titik tersebut mengalami perpindahan tempat. Posisi bola saat
di bagian atas tidak sama dengan posisi bola saat berada di pertengahan bidang.
Proses menelaah sifat titik-titik di berbagai posisi tersebut maka dibutuhkan
bantuan aljabar untuk menyatakan posisi titik dalam suatu simbol tertentu.
Gambar 7. Representasi Titik yang Berpindah posisi
Metode yang digunakan untuk menunjukkan posisi
sebuah titik pada sebuah bidang mirip seperti teknik menggambar peta. Posisi
suatu tempat pada permukaan bumi dinyatakan oleh koordinat peta yaitu derajat
lintang (arah utara atau selatan) dan derajat bujur (arah timur atau barat).
Posisi acuan untuk koordinat bujur-lintang tersebut yaitu Kota Greenwich di
Inggris. Perhatikan gambar dan penjelasan di bawah ini. Misalkan kurva NGAS
adalah meridian utama, kurva AWBE adalah garis ekuator, dan titik G adalah kota
Greenwich maka posisi kota P dapat dinyatakan sebagai koordinat peta apabila
derajat AB dan BP diketahui. Andaikan AB = 70° dan BP = 45° maka posisi P dinyatakan
sebagai 70° bujur timur dan 45° lintang utara
Gambar 8. Representasi Koordinat Peta
Geometri analitik menyederhanakan koordinat peta
tersebut dengan menggunakan dua garis lurus berpotongan untuk menggantikan
kurva meridian dan kurva ekuator. Titik potong kedua garis dijadikan sebagai
titik acuan biasanya dinyatakan sebagai titik O. Posisi titik P dinyatakan oleh
panjang ruas garis BP yang sejajar dengan garis sumbu X¢X dan panjang ruas garis AP
yang sejajar garis sumbuYY¢. Panjang ruas garis BP
sama dengan panjang ruas garis OA. Panjang ruas garis AP sama dengan panjang
ruas garis OB. Sehingga titik P dapat dinyatakan berada pada posisi sejauh
panjang OA dan OB terhadap titik O.
Dua buah titik berbeda akan berada pada
posisi yang berbeda. Jarak kedua titik tersebut dapat ditentukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Buatlah
dua titik berbeda yaitu A dan B lalu hubungkan dengan sebuah ruas garis.
(2) Buat
sebuah garis melalui A dan sebuah garis lain yang melalui B sehingga kedua garis
berpotongan tegak lurus.
(3) Tentukan
titik potong kedua garis yaitu C sehingga diperoleh segitiga siku-siku ACB atau
BCA lalu ukur panjang ruas garis CA dan CB
Titik-titik pada sebuah bidang yang membentuk himpunan titik dan memenuhi suatu kriteria tertentu dinamakan kedudukan titik (locus of points). Kedudukan titik dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi. Misalnya titik-titik pada lingkaran berjari-jari 1 cm dapat dinyatakan sebagai x2 + y2 = 1. Secara geometris, hanya titik-titik berjarak 1 cm dari titik pusat lingkaran tersebut yang memenuhi kedudukan titik yang dinyatakan oleh persamaan x2 + y2 = 1.
6. Teorema dasar tentang kedudukan titik
Teorema-teorema dasar tentang kedudukan
titik-titik (Fundamental Locus Theorems)
adalah sebagai berikut.
Teorema 1.4
Kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari dua garis yang sejajar yaitu l1 dan l2 merupakan sebuah garis diantara keduanya dan sejajar dengan kedua garis tersebut.
Teorema 1.1
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama yaitu d dari sebuah titik P
adalah sebuah lingkaran berpusat di titik P
dengan ukuran panjang jari-jari d
Teorema 1.2
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama yaitu d dari sebuah garis l adalah sepasang garis-garis sejajar yang
masing-masing berjarak d dari garis l
Teorema 1.3
Kedudukan titik-titik yang berjarak sama (equidistant) dari dua buah titik P dan Q adalah sebuah ruas garis (disebut perpendicular bisector).yang tegak lurus terhadap ruas garis
dan membagi
menjadi dua bagian sama besar
Kedudukan titik-titik yang berjarak sama (equidistant) dari dua buah titik P dan Q adalah sebuah ruas garis (disebut perpendicular bisector).yang tegak lurus terhadap ruas garis


Teorema 1.4
Kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari dua garis yang sejajar yaitu l1 dan l2 merupakan sebuah garis diantara keduanya dan sejajar dengan kedua garis tersebut.
Teorema 1.5
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama terhadap dua garis yang berpotongan yaitu l1 dan l2,
adalaha sepasang ruas garis (disebut bisectors)
yang membagi dua sama besar sudut-sudut yang yang dibentuk garis l1 dan l2
Teorema 1.6
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama dari kedua sisi sebuah sudut adalah sebuah ruas garis yang
membagi dua sudut tersebut (bisector of
angle)
Teorema 1.7
Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama dari dua buah lingkaran konsentris (concentric circles) adalah sebuah lingkaran yang konsentris
terhadap kedua lingkaran tersebut dan berada tepat di tengah keduanya
Teorema 1.8
Kedudukan titik-titik pada
jarak tertentu dari sebuah lingkaran yang memiliki jari-jari lebih panjang dari
jarak tersebut merupakan sebuah pasangan lingkaran konsentris, di mana
masing-masing kedudukan titik tersebut berada di salah satu sisi lingkaran pada
jarak tertentu tersebut.
Teorema 1.9
Kedudukan titik-titik yang
berjarak tertentu dari suatu lingkaran berjari-jari kurang dari jarak tersebut
merupakan sebuah lingkaran yang berada di luar lingkaran pertama dan saling
konsentris.
Contoh pembuktian teorema
Tahap
1 : Akan
dibuktikan untuk sembarang titik pada kedudukan tersebut memenuhi
kondisi-kondisi berikut :
Pernyataan
|
Alasan
|
1. Diketahui
2. Kedua sudut adalah sudut siku-siku. Semua sudut siku-siku
kongruen
3. Agar dapat membagi dua sama besar maka ruas garis dibagi
menjadi bagian-bagian yang kongruen
4. Sifat refleksif
5. Kekongruenan dua segitiga (s.a.s)
|
7. Pemecahan masalah polya
Pemecahan
masalah (problem solving) merupakan
suatu prosedur untuk menemukan penyelesaian yang tepat atas suatu masalah.
Prosedur tersebut pertama kali diformulasikan oleh George Polya (1887 - 1985)
seorang guru dan ahli matematika yang menyatakan bahwa ada empat tahap
pemecahan masalah yaitu : understand the problem, devise a plan, carry
out the plan, dan look back
sebagai berikut :
1)
Understanding
the Problem
Tahap pertama yang dilakukan untuk
memecahkan masalah adalah memahami masalah. Cara yang disarankan Polya untuk
memahami masalah dengan baik yaitu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut :
a.
Nyatakan masalah dengan kalimatmu
sendiri !
b.
Tentukan apa saja yang akan
ditemukan/dicari/diselesaikan !
c.
Apa saja yang tidak diketahui dari
permasalahan itu ?
d.
Informasi apa saja yang kamu peroleh
dari permasalahan itu ?
e.
Informasi apa saja yang tidak ada /
hilang dari permasalahan itu ?
f.
Informasi apa saja yang tidak
dibutuhkan dari permasalahan itu ?
2)
Devising
a Plan
Tahap kedua pemecahan masalah adalah
menentukan rencana penyelesaian berupa strategi-strategi pemecahan masalah.
Beberapa strategi pemecahan masalah antara lain :
a.
Menemukan pola
b.
Menguji masalah yang relevan dan
memeriksa apakah teknik yang sama dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan
c.
Menguji masalah yang lebih sederhana
atau khusus dari permasalahan itu dan diperbandingkan dengan penyelesaian
masalah sebenarnya
d.
Membuat tabel
e.
Membuat diagram / gambar
f.
Menebak dan memeriksa (guess and check / trial and error)
g.
Menggunakan persamaan (equation) matematika
h.
Bekerja mundur (work backward)
i.
Mengidentifikasi bagian dari hasil (subgoal)
3)
Carrying
Out the Plan
Tahap ketiga pemecahan masalah terdiri
dari tiga aktivitas yaitu :
a.
Menerapkan satu atau lebih strategi
pemecahan masalah untuk menemukan penyelesaian atau perhitungan
b.
Memeriksa setiap langkah strategi yang
digunakan baik secara intuitif maupun dengan bukti formal
c.
Menjaga keakuratan proses pemecahan
masalah
4)
Looking
Back
Langkah terakhir pemecahan masalah
adalah memeriksa kembali jawaban atau solusi terhadap permasalahan sebenarnya
dengan cara :
a.
Memeriksa dengan pembuktian
b.
Menginterpretasikan
penyelesaian/solusi berdasarkan permasalahan berdasarkan rasional atau pun
argumentasi (reasonable)
c.
Jika memungkinkan lakukan pengujian
untuk masalah lain yang relevan atau pun yang lebih umum dengan menggunakan
teknik/strategi pemecahan masalah tersebut
Contoh
1
Terdapat dua buah pelampung pada sebuah
danau. Seorang perenang berenang di danau tersebut sedemikian sehingga ia
selalu berjarak tetap (konstan) terhadap kedua pelampung tersebut. Deskripsikan
jalur renang yang ditempuh oleh perenang tersebut.
Tahap pemecahan masalah :
1)
Understanding
the Problem
a.
Nyatakan masalah dengan kalimatmu
sendiri !
Misalkan kedua pelampung adalah titik
A dan B dan perenang adalah titik C
Misalkan jarak C ke A adalah dAC
dan jarak C ke B adalah dCB.
Maka posisi perenang yaitu C terhadap
A dan B adalah kumpulan titik-titik sehingga dCA dan dCB
selalu tetap. Berbentuk apakah kumpulan
titik-titik tersebut ?
b.
Tentukan apa saja yang akan
ditemukan/dicari/diselesaikan !
Bentuk kumpulan titik-titik sehingga dCA
dan dCB selalu tetap.
c.
Apa saja yang tidak diketahui dari
permasalahan itu ?
Jarak titik A ke B
d.
Informasi apa saja yang kamu peroleh
dari permasalahan itu ?
Titik A dan B berbeda posisi
Jarak dCA dan dCB
selalu tetap yaitu dCA = dCB untuk meskipun posisi C
berubah-ubah
2)
Devising
a Plan
Strategi pemecahan masalah yang
mungkin dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah :
a.
Membuat diagram / gambar
Menggambarkan posisi titik A, B, dan C
sesuai kondisi masalah.
b.
Menguji masalah yang relevan dan
memeriksanya apa dapat digunakan
Memeriksa jika ada satu atau lebih
teorema dasar kedudukan titik yang menyerupai masalah ini.
3)
Carrying
Out the Plan
a.
Membuat diagram / gambar
b.
Memeriksa jika ada teorema kedudukan
titik yang sesuai
Teorema 2.3 : Kedudukan titik-titik yang
berjarak sama (equidistant) dari dua
buah titik P dan Q adalah sebuah ruas garis (disebut perpendicular bisector).yang tegak lurus terhadap ruas garis
dan membagi
menjadi dua bagian sama besar
Berdasarkan gambar dan
teorema tersebut maka kedudukan perenang terhadap kedua pelampung tersebut
dapat dideskripsikan sebagai sebuah ruas
garis yang tegak lurus terhadap ruas garis yang menghubungkan kedua pelampung
yaitu

dan membagi ruas garis
menjadi dua bagian sama panjang seperti digambarkan sebagai berikut.
4)
Looking
Back
Langkah terakhir pemecahan masalah
adalah memeriksa kembali jawaban atau solusi terhadap permasalahan sebenarnya
dengan cara :
a.
Memeriksa dengan pembuktian : buktikan
teorema 2.3 berdasarkan masalah tersebut secara deduktif
b.
Menginterpretasikan penyelesaian
permasalahan ini berdasarkan argumentasi (reasonable)
dengan menggunakan koordinat dan aljabar
Misalkan koordinat titik C(x, y) di
mana dCA = dCB dengan koordinat A(xa, ya)
dan B(xb, yb) maka dapat dibuktikan untuk posisi C di C1(x1,
y1), C2(x2, y2), … Cn(xn,
yn) yaitu : (a) jika ruas garis
tegak lurus sumbu x maka y1 = y2
= … = yn

Selanjutnya harus dibuktikan bahwa garis
C1C2 tegak lurus
Dengan bantuan geogebra dapat dilakukan
simulasi untuk menunjukkan solusi untuk
tiga posisi C yang berbeda-beda sebagai berikut.

0 komentar:
Posting Komentar